Sunday, December 30, 2012

Pertama Kali

Harusnya hari itu hanyalah hari yang biasa. Hari tanpa senyuman ataupun kesedihan.Hari yang biasanya kulalui seperti hari-hari sebelumnya. Tapi hari itu menyimpan sedikit keharuan disaat aku menjabat tangan kasar seorang perempuan parubaya dengan disertai ucapan "Selamat hari ibu". 

Yah, dialah ibuku. Orang yang selalu istimewa dalam hidupku. Tanpa sadar mata beliau langsung berlinangkan air mata. Air mata yang memancing diriku tuk ikut serta menitikkannya. Air mata yang menunggu lantunan indah kata-kata itu dari mulut anak sulungnya. Memang hari itu untuk pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata itu seumur hidupku. Dan pada hari itu pula aku menjadi orang pertama yang mengucapkannya diantara adik-adikku.

Wednesday, December 26, 2012

Iri

Rasanya tidak mungkin ketika kita melihat seseorang tanpa rasa iri. Setiap manusia, sebaik-baik manusianya pun pastilah memiliki rasa iri dihati. Karena iri memanglah sifat bawaan kita sebagai manusia. Sifat yang memaksa diri kita untuk menjadi, berbuat seperti sesuatu yang mungkin kita jadikan patokan waktu itu.

Sebenarnya semua itu berawal dari kata "seperti". "Aku ingin jadi seperti...." Kata-kata seperti itulah yang bakal melahirkan sifat iri. Rasa iri biasanya muncul ketika kita merasa lemah akan sesuatu yang kita anggap berada jauh diatas kita. Sehingga memancing diri ini tuk berusaha menjadi seperti dia agar bisa mendapatkan sesuatu yang seperti dia pula atau lebih.

Saturday, December 15, 2012

Kenangan yang Membekas

Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Karena memang tanpa adanya masa lalu, masa depanpun takkan pernah ada.

Tak jarang masa lalu selalu memberikan kenangan pahit maupun manis yang masih membekas dibenak kita yang harusnya berjalan bersama masa depan. Berjalan menyusuri waktu dengan pintu-pintu baru didepan. Tapi entah kenapa masa lalu selalu memaksa kita untuk terus mengingatnya. Seperti anak kecil yang berharap kasih sayang ibunya yang telah lama meninggal.

Masa lalu itu muncul dengan begitu tiba-tiba. Keindahan yang disuguhkan masa lalu selalu memaksa kita untuk terus mengingatnya. Walau telah kita cicipi rasa sakit di akhir masa lalu itu. Seakan hilang semua rasa sakit itu oleh kenangan manis yang masih membekas.

Saat Serpihan Kenangan Itu Hilang Pasti Semua Itu Karena Waktu

Andai kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan dan aku juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Mungkin kisah kita tak akan seburuk ini. Kisah kita berjalan bagaikan gelombang ombak dan berakhir seperti ombak yang tertabrak karang yang hancur berantakan menjadi serpihan bulir bulir air.

Mungkin ini yang tuhan berikan bagi kisah kita. Kita saling mencintai dengan cara kita sendiri, dengan sudut pandang masing masing. Aku mencintaimu dari sisi lain dirimu dan kamu mencintaiku dari sisi lain diriku. Hingga suatu saat kita memilih jalan kita masing masing.

Ditulis oleh : Nur Fadlilah

Saturday, December 8, 2012

Cerpen : Memandang Hujan

Kupandangi taman dengan rintik hujan yang seakan menyirami mereka. Memberi kesejukan pada daun-daun yang mulai layu. Rintik hujan yang memberi aroma kesegaran dan sedikit menenangkan jiwa itu membuat diriku terhentak dan membayangkan kesunyian diriku ini. Memaksa diri ini tuk memutar kembali langkah pikiranku ke masa lalu. Masa dimana selalu aku yang disalahkan. Hingga berbuai perpisahan. Perpisahan yang tak pernah kuharapkan kehadirannya antara aku dan dia. Tapi semua itu memanglah jalan yang harus aku lalui. Dan hujan disana tak sederas hujan didalam sini.

Semakin lama aku memandang hujan semakin lupa pula diriku akan kewajibanku waktu itu. Seperti hilang bak diterpa angin badai. Sampai Vendy teman belakangku berusaha mmbangunkanku dari lamunan panjangku itu.