Yah, dialah ibuku. Orang yang selalu istimewa dalam hidupku. Tanpa sadar mata beliau langsung berlinangkan air mata. Air mata yang memancing diriku tuk ikut serta menitikkannya. Air mata yang menunggu lantunan indah kata-kata itu dari mulut anak sulungnya. Memang hari itu untuk pertama kalinya aku mengucapkan kata-kata itu seumur hidupku. Dan pada hari itu pula aku menjadi orang pertama yang mengucapkannya diantara adik-adikku.
Aku memang seorang anak bodoh yang tak pantas mendapat kasih sayang seorang ibu. Aku selalu memaksakan keinginanku yang aku tau tak mungkin dikabulkan oleh ibuku. Sehingga tak jarang aku keluar rumah untuk beberapa waktu. Minggatlah istilahnya. Mungkin itulah efek masa kecilku yang selalu dimanjakan. Karena memang akulah seorang anak yang selalu dinanti-nantikan selama 12 tahun pernikahan mereka.
Aku tak pernah tau dan tak mau tau tentang makna sebenarnya nasihat beliau. Aku selalu menganggapnya bullshit belaka. Padahal beliau tak pernah bosan mendengar ceritaku. Cerita yang aku sendiri bosan menceritakannya. Tapi beliau selalu mendengarkan dengan begitu antusiasnya. Sehingga rasa bosan itu hilang dengan begitu mudahnya.
Aku selalu menjadikan ibuku sebagai tempat curhatku yang utama dan kan terus seperti itu selamanya
22 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment