Saturday, December 8, 2012

Cerpen : Memandang Hujan

Kupandangi taman dengan rintik hujan yang seakan menyirami mereka. Memberi kesejukan pada daun-daun yang mulai layu. Rintik hujan yang memberi aroma kesegaran dan sedikit menenangkan jiwa itu membuat diriku terhentak dan membayangkan kesunyian diriku ini. Memaksa diri ini tuk memutar kembali langkah pikiranku ke masa lalu. Masa dimana selalu aku yang disalahkan. Hingga berbuai perpisahan. Perpisahan yang tak pernah kuharapkan kehadirannya antara aku dan dia. Tapi semua itu memanglah jalan yang harus aku lalui. Dan hujan disana tak sederas hujan didalam sini.

Semakin lama aku memandang hujan semakin lupa pula diriku akan kewajibanku waktu itu. Seperti hilang bak diterpa angin badai. Sampai Vendy teman belakangku berusaha mmbangunkanku dari lamunan panjangku itu.

"Hei, jangan ngelamun ae. Nomer berapa yang belum? Sini kubantu" Sambil menggoyang kursi tempatku menghempaskan tubuh ini Vendy menyadarkanku.

"Hmm....?" jawabku ditengah kebingungan.
Aku berusaha memandang raut wajah Vendy yang penuh kebimbangan dan kualihkan pandanganku kearah jarum jam yang masih terus berjalan. Aku baru sadar kalau waktu ujian kurang 15 menit lagi. Sedang LJK ku masih kosong melmpong. Dengan tergopoh-gopoh aku berusaha memandang Vendy kembai dan memintanya mendiktekan jawabannya semua. Untungnya ia telah menyelesaikan semuanya. Dan setidaknya LJK ku ada jawabannya.

Bel Sekolah berdering 4 kali, menandakan habisnya waktu ujian hari itu. Tanpa diperintah kami langsung mengumpukan semua LJK kami dan aku bergegas pulang meninggalkan sekolah ini untuk kutenangkan keterpurukan hati ini. Namun sapaan Vendy menghentikanku.

"Dan, tunggu aku!" sapa Vendy.
Aku hanya terdiam diposisiku, membiarkan Vendy menghampiriku.

"Ada apa?" tanyaku.
"Jangan nesu gitu ta, ada apa se?" bujuk Vendy menenangkanku.
"Gak ada apa-apa kok, agi bingung ae." jelasku.
"Owh, gitu ya.. Gimana kalo kamu ikut aku sekarang?" Sambil tersenyum Vendy mengajakku, berharap agar aku mau mengikutinya.
"Kemana?" tanyaku singkat.
"Sudahah, ayo!" paksa dia sambi menepuk bahuku.

Tanpa pikir panjang akupun mengikutinya walau ditengah kegalauanku yang tak kunjung meredup.

Ditengah perjalanan kami, aku mengawasi setiap kendaraan yang lalu lalang melewati kami. Ternyata anginpun tak sepenuhnya menghapuskan titik titik hujan yang membekas ditubuh mereka. Itulah yang kurasakan saat ini, iming oiming masa depan ternyata tidak sepenuhnya membantu diriku tuk melupakan lukaku dimasa lalu. Memang aku bukanlah sosok cowok yang tegar akan cinta, tapi setidaknya beri aku alasan tuk melupakanmu. Melupakanmu yang telah menyakitiku dengan alasan yang tak seharusnya jadi alasan.

Tak terasa, motor yang dikendarai Vendy mulai melambat dan berhenti disebuah taman kota. Bundaran GKB tepatnya. Vendy mengajakku duduk bersantai dibawah rindangnya taman tuk menghilangkan penat dihari terakhir ujian ini. Dia menawariku,

"Kamu mau pesan apa?" tanya Vendy.
"Terserah wes." jawabku.
"lho, jangan terserah. Semangat ta hahaha!" candaan Vendy yang beusaha menyenangkanku.
"Sama kayak kamu ae wes." jawabku singkat.
"Yakin?" Vendy meyakinkan.
Aku mngangguk. Lalu Vendy memesankanku mie ayam dan es teh yang serupa dengan dia.

Di Bundaran GKB ini memang banyak sekali PKL yang menjajakan dagangannya dengan bermacam-macam makanan yang disuguhkan. Ditambah lagi suasana yang mendukung serta letaknya yang strategis membuat taman ini selalu ramai pengunjung. Tak peduli tua muda, anak-anakpun banyak yang meluangkan waktunya disini bersama orang tua mereka tentunya.

Sepanjang suapan kami Vendy tak henti-hntinya mengoceh. Seperti seekor burung yang telah kenyang perutnya dengan tumpukan jagung yang menggiurkan.

"Tak terasa ujian udah berakhir ya!" gumam Vendy. "Habis gini enaknya kemana ya?" dia meneruskan.
"Kemana maksudnya?" tanyaku.
"Jalan-jalanlah, habis ini kan kita liburan. Masak kamu gak liburan?" Vendy menjelaskan.
"Kayaknya nggak deh." jawabku singkat.
"Kenapa? galau ae se." celoteh Vendy.
"Aku lagi mempersiapkan diri buat ke Bali besok." jelasku.
"Oh iya ya, aku juga belum siap apa-apa buat ke Bali besok. Tapi sudahlah, rilek-rilek aja. Hahaha.." candaan dia yang memecah suasana.
"Rilek se rilek, tapi kalo ndadak yah gak namanya rilek bro." celotehku.
"Hahaha, sudahlah gak usah dipikirkan. Yang penting kamu besok ada special friend aja lo di Bali. Bakalan sendirian aku rek." dia melirikku sambil tersenyum. Senyum yang menusuk.

"Special Friend maksudnya? tanyaku.
"Sudahlah gak usah PPGT gitu. Kamu udah 1 bulanan kan sama dia? Oh gak 1 bulan se, lebih mungkin. Aku lo tau semuanya. Rilek aja hahaha" jelas Vendy.
"Owh yang itu ta? Udah putus kok." jawabku santai, mencoba agar tak terbawa suasana.
"Masak? Kok bisa?" tanya dia dengan begitu antusiasnya.
"Entahah aku bingung. Sebenarnya hanya masalah sepele yang seharusnya tak perlu dibesar-besarkan." jelasku.
"Masaah apa?" tanya dia dengan begitu ingin tahunya.
"Hanya karena aku onlen disaat aku pamit tidur ke dia. Katanya aku itu orangnya ngapusi" jelasku.
"Owm begitu ya.. Memang begituah cewek bro. Tenang aja, masih banyak cewek didunia ini bro, semangat.." kata dia dengan begitu bersemangatnya.
"Entaha, aku ngerasa gak ada cwek seperti dia dan bakal sulit buat nemu yang seperti dia lagi." jawabku.
"Begitulah bro perasaan seseorang ketika jatuh cinta. Dia pasti berusaha buat nutupi keburukan pasangannya walau dia pernah merasaka sakit karnanya. Lalu suatu saat nanti ketika perasaan itu muai melebur, kamu pasti berubah pikiran dan mulai membencinya setengah mati. Mangkanya cintai dia dengan sewajarnya, agar suatu saat nanti kamu tiak membencinya sehingga memutuskan tali sillaturrahim itu. Dan ingatlah selamanya kamu akan menjomblo, ketika kamu berharap orang yang sama diwaktu yang berbeda. Kamu itu cowok bro, cowok itu harus tegar dan percaya kalo dia memang bukan masa deanmu. Mungkin masa depanmu yang baru nantinya akan lebih baik daripada dia. Semangat bro, sabar ae yo."  Jelas dia dengan begitu panjangnya. Sperti ustadz yang lagi ceramah.

"Hahaha, habis nemu kata-kata darimana itu?" gurauanku yang berusaha menutupi perasaan ini.
"Waah, ngeremehno arek iki. Itu semua murni kta-kataku bro." tangkas dia.
"Hahaha, iyowes percoyo" jawabku mengiyakan.

tak terasa mie dimangkok kami telah habis seiring habisnya topik bahasan kami waktu itu. Kamipun bergegas pulang dan dengan baiknya Vendy mau mengantarkanku ke rumah.

"Semangat bro, ojok galau ae. Assalamualaikum" Kata dia dengan penuh semangat.
"Waalaikumsalam." jawabku dengan mengangguk dan mengacungkan jari jempol ini ke dia.

Dirumah aku langsung beres-beres dan tidur dikasur kamarku yang muai tak empuk lagi. Sambil membayangkan kata-kata Vendy yang masih terngiang ditelingaku. Dan akupun mulai sadar bahwa dia memang bukan masa depanku yang tak seharusnya kutangisi ketiadaanya. She is my past and I will find my future later.


"Karena mendungpun tak semuanya menitikkan hujannya"

No comments:

Post a Comment