Saturday, February 23, 2013

Tangisku tak memadamkan api

Hatiku berbunga ketika Tuhan mengizinkan Februari manyatukan kita. Yah, Februari 2011 lah kita mulai menjalin sebuah ikatan. Ikatan cinta namanya.

Dengan sekuntum bunga dan secarik lagu kau nyanyikan buatku, mungkin itu sedikit pesona bunga hatimu saat itu. Aku yang dari awal memang mencintaimu tak kuasa lagi mengatakan tidak. Aku menerimamu. Mengizinkanmu menjadi sisiku. Kuharap begitu.

Hari-hari kita lalui bersama, begitu indah tiada tara. Kau begitu mempesona diawal hubungan kita. Perhatianmu, doronganmu, nasihatmu dan semua tentangmu. Hingga aku yakin, you are my future husband.

Tapi angan hanya sendirian, tak ditemani kenyataan yang kuharapkan. Mimpiku mulai pudar bak diterpa semilir angin malam. Seakan semua itu percuma, ketika ku tau kau berubah. Kau seperti kehilangan dirimu yang dulu. Kehilangan dirimu yang perhatian, penuh nasihat, juga canda dan tawamu. Kau semakin mendiamkanku, seakan tak pernah mengenaliku. Kucoba sebaik mungkin agar kau tetap mencintaiku. Tapi waktu lebih cepat menggerogotimu. Menggerogoti dirimu yang dulu.

Kini di Februaru yang baru, kutunggu perubahanmu. Tak sedikit usaha yang kulakukan. Tak bosan pula ku bercerita tentang pedihnya rasa ini. Kuharap kau tau dan sadar akan sikapmu. Tapi kau malah menyalahkanku. Melimpahkan semua kesalahan padaku yang penuh akan derita ini.

Aku tau kau bosan denganku. Setidaknya sudilah kamu tuk bicara dan memperhatikanku. Walau hanya sebuah titik tanpa huruf. Bukankah itu kan sangat membanggakanku? Tapi kau malah begitu akrabnya dengan orang lain. Aku tau aku goblok, aku tolol, aku tak bisa ap-apa. Tapi tolonglah hargai aku, sudilah kamu tuk sedikit meminta pendapatku seperti dulu.

Satu tahun lamanya kututup derita ini dengan rintik air mata yang kau pun tak tau. Hanya air mata bisu yang bisa mengerti aku, menemani hari-hari sepiku yang konyol. Menunggu kasih yang sudah lama sirna atau mungkin sudah sirna. Tapi tetap, aku masih mempercayaimu. Percaya bahwa kau masih mencintaiku dan memperhatikanku seperti kata teman-temanmu. Mungkin caramu yang membuatnya berbeda, aku hargai itu kok. Kutunggu rasa itu walau mata ini terus memerah setiap harinya.

Cerita ini terinspirasi dari kisah cinta teman saya. Semoga ia selalu diberi ketabahan oleh tuhan yang maha esa. amiiinnnn

No comments:

Post a Comment