Tuesday, June 4, 2013

Hari itu Pernah Ada

"Mungkin suatu saat nanti". Masih saja terngiang kalimat semacam itu dalam otakku. Mengantarkan laraku akan kebodohanku dulu. Hingga waktu yang tak lagi menyempatkanku tuk berubah.

Sepertinya memang kesalahan yang tak mengizinkanku kembali. Walau sudah kubulatkan tekad tuk berubah, namun engkau tak lagi mempercayaiku.

Rasa sakit dipenghujung hubungan kita memaksa diri kita tuk saling merelakan. Rasa sakit itu pula yang menghambat petikan lembut jemarimu tuk sekadar menyapaku dalam sms. Seperti waktu kita masuh berteman dulu. Walau tak ada hubungan spesial, kita bisa begitu akrab. Hingga hari itu tiba, hari yang menyatukan kita. Tapi kini semua harus berlalu. Menyisakan sepercik angan yang enggan tuk dimusnahhkan. Hanya karena rasa sakit yang sama-sama kita pendam.

Akankah kau mengingatku? Atau mungkin kau sudah lama melupakanku? Cukup banyak yang kita alami. Walau hanya berselang beberapa bulan. Tapi aku masih mengingat semuanya.

Yaah.. aku memang bukanlah orang yang pantas untuk dikenang. Melihat semua yang kulakukan dulu tak ada yang spesial. Tapi setidaknya aku beruntung, karena hari itu pernah ada. Hari dimana aku menjadi bagian dari tawa juga tangismu. Hari yang menuntutku tuk menjadi bagian dari kejutan dihari lahirmu. Juga menjadi bagian dari tisu disaat tinta bening mengucur dari bilik matamu. Apakah kau masih mengingatnya?

Baru 2 bulan ini kita berpisah. Tapi rasanya sudah cukup lama aku tak memandang raut wajah cuekmu. Entah apa yang kamu rasakan sekarang. Mungkin telah kau temukan penggantiku dan berangsur melupakanku. Atau mungkin aku masih mengisi benak hatimu. Yaah.. aku selalu berharap yang kedua. Agar yang kau sebut “suatu saat nanti” itu benar adanya.

Kamu si koleris yang cuek dan tak suka diatur. Sedangkan aku si pemarah yang plegmatis dan tak pandai bicara. Pikirku kita kan menyatu dengan sifat kita yang berbeda. Nyatanya aku sendirilah yang merusaknya. Karena kesalahpahamanku yang berlebih dan membuatmu tak lagi nyaman ada didekatku. Andaikan bisa kuulang, mungkin bisa kuhapus semua luka itu.

Ingin sekali kumenyapamu layaknya dulu. Tapi aku takut mengusikmu. Ingin sekali kuucapkan “Selamat pagi..” dikala sudah kau buka kelopak matamu dan “Selamat tidur..” disaat kau sudah lama terlelap. Tapi sekali lagi aku takut mengusikmu, mengusik kesunyianmu yang berusaha melupakanku. Aku masih ingin mendengar cerita unikmu, walau hanya sebatas pesan singkat yang bisa kau hapus sesukamu. Mendengarkanmu bercerita walau aku sendiri hanya bisa mengiyakan.

Yaah.. bagai berendam ditengah kemarau. Itu yang kurasakan saat aku memilikimu. Rasa sejuk dari dinginnya air secara tak langsung menghapus ingatanku kalau hari itu adalah kemarau. Panasnya tak sanggup menyentuh kulitku, karena kau. Air yang senantiasa menyejukkan diriku.

Tapi kini air itu telah “sat” oleh lubang kecil yang ada dipojok bak mandiku. Percik demi percik air mulai mengucur dari lubang itu. Dan tanpa sadar air itu telah tiada. Yaah.. kamu yang dulunya menjadi bagian dariku. Kini sudah meninggalkanku. Mencari tempat genangan lain yang kiranya bisa menampung dirimu dan menerimamu lebih baik lagi. Semoga kamu bisa segera menemukan tempat singgah itu yang tentunya jauh lebih baik daripada diriku. Selamat jalan dan sampai ketemu lagi suatu saat nanti. Nice to be side of you, n..

No comments:

Post a Comment