Wednesday, November 12, 2014

Pahlawan Lingkungan Part 2

Lanjutan dari Pahlawan Lingkungan Part 1 , selamat membaca :) ...


Dengan bertambah lama dan bertambah parahnya kecanduan minuman keras dan semakin seringnya Cheryl dan Marcel tidak ada, maka saat mereka ada, mereka semakin kasar. Seemikian parah kecanduannya sehingga Cheryl meninggalkan Marcel saat obat milik Marcel habis. Cheryl kemudian berteman dengan orang yang punya lebih banyak obat. Marcel yang berang melampiaskan amarahnya di apartemen kumuh itu, menyiksa dan meneror anak-anak supaya mereka memberitahukan tempat penyembunyian uang atau tempat ibu mereka berada.

Suatu malam, Marcel memasukkan adik Mike yang berusia dua tahun kadalam kantong plastikdan menutupnya erat-erat. Tanpa udara, mata balita itu melotot dan kulitnya membiru. "Dimana ibumu?" Seru pecandu itu. Sambil menangis, Mike dan Raf cilik berusia lima tahun menyerang Marcel berulang-ulang, memukul punggungnya dengan kepalan kecil dan tidak berarti. Karena marahnya, Mike akhirnya menggigit leher Marcel, Sambil berharap agar si penyiksa kejam itu melepaskan kantong plastik itu dan ganti memukulnya. Rencananya berhasil. Marcel berputar dan melempar Mike ke jendela., membuatnya terluka kena kepingan kaca dan tangannya patah.

Orang tua Cheryl, Mabel dan Otis Bradley, sangat mencintai cucu-cucu mereka, tapi mereka bekerja sepanjang hari dan tinggal ditempat yang hanya bisa dicapai dengan berganti bus beberapa kali, dan hanya bisa menjenguk sekali-sekali. Karenamerasakan bahwa keluarga itu dalam kesulitan, Mabel mengirim mainan, pakaian dan popok, dan tak pernah menduga bahwa popok pun dijual oleh Cheryluntuk membeli obat. Meskipun Mabel selalu bisa dihubungi melalui telepon dan menyediakan cinta tanpa pamrih sehingga menjadi satu-satunya jangkar bagi Mike, Mike tidak berani menceritakan masalah yang dihadapinya. Ia takut neneknya yang lembut akan mendapat serangan jantung jika tahu keadaan sesungguhnya atau lebih buruk, dikasari oleh Marcel.

Keluarga ini terpaksa selalu berpindah-pindah, tidur di bioskop, didalam mobil rongsokan, dan bahkan ditempat kejahatan. mike mencuci pakaian mereka ditempat umum dan memasak dengan piring pemanas berapi tunggal. Pada akhirnya,  Cheryl dan Marcel selalu berhasil menemukan mereka.

Meskipun berpindah-pindah, Mike bersikeras agar adik-adiknya besekolah, mendapat nilai baik, dan menjadi warga teladan. Bagi teman sekelas, guru, dan bahkan kakek nenek mereka, anak-anak itu selalu tampak normal, dirawat dengan baik dan bahagia. Tak ada yang menyangka bagaimana hidup mereka atau bahwa mereka dibesarkan oleh seorang anak. Entah bagaimana Mike bisa berhasilmenganut niat baik dari ayahnya yang galak dan memadukannya dengan teladan kasih neneknya, sehingga dalam dirinya terbentuk sistem nilai yang unik. Ia sangat mencintai keluarganya dan adik-adiknya mempercayai dirinya. "Kau tak harus berakhir dijalanan" katanya kepada mereka. "Lihat bagaimana ibu? Jangan memakai obat!" Diam-diam ia akut kalau kalu ibunya suatu hari menggelepar keracunan obat didepan mereka.

Selama beberapa tahun berikutnya, Cheryl sering dipenjara karena memiliki dan menjual narkotika dan melakukan kejahatan lain, dan kadang-kadang dipenjarakan hingga setahun. Diluar penjara, ia terus melahirkan anak-anak lagi, membuat situasi keuangan keluarga ini semakin kritis. Sekuat apapun Mike mencoba, menjadi tidak mungkin baginya merawat tiga bayi baru dan menafkahi keluarga dengan tujuh anak sekaligus. Pada suatu natal, mereka hanya bisa berbagi sekaleng jagung dan sekotak makaroni dan keju. Satu-satunya mainan mereka selama tahun itu adalah satu boneka Happy Meal McDonald's untuk setiap anak. Untuk kado Mike menyuruh membungkus bonekanya dengan kertas koran dan bertukaran. Itu salah satu natal yang mendingan.

Mike sekaran remaja muda yang hidup selalu dalam kecemasan, tapi tetap menolak terjerumus dalam dunia pengedar obat dan kejahatan yang lebih mudah dijalani. Malahan secara tabah, ia berjalan dijalanan berbahayadilarut malam menjual kacang makademia yang diolah lagi yang bagi pecandu yang setengah gila tampak seperti "batu" kokain seharga tiga puluh dolar. Ia tahu ia mempertaruhkan nyawanya setiap kali mengadu nasib seperti itu, tapi ia merasa tak punya banyak pilihan. Dengan pertarungan geng dan perang obat setiap malam, peruntungannya tidak terlalu baik. Pada usia lima belas tahun, Mike sudah pernah tertembak delapan kali.

Lebih buruk lagi .....

to be continued . . . .

No comments:

Post a Comment