Thursday, February 12, 2015

Pahlawan Lingkungan Part 3

Lanjutan dari Pahlawan Lingkungan Part 2 ..

Lebih buruk lagi, persediaan tenaga dan harapannya sekarang semakin rendah. Sepanjang ingatannya, ia hidup dengan rasa takut setiap hari yang tak pernah habis: Bisakah kami makan hari ini? Apakah kami dijalanan malam ini? Apakah Marcel akan muncul besok?

Dan setelah pindah lebih dari empat puluh kali, tampaknya mereka sudah mencapai keadaan paling parah. "Rumah" mereka sekarang adalah Hotel Frontier, tempat kotor di Skid Row, tempat mucikari dan pelacur memenuhi koridor dan penjualan obat terjadi di tangga. Anak - anak pernah melihat pembunuhan di lobi dan Mike sekarang takut meninggalkan mereka sendiri untuk tidur. Selama beberapa malammereka di sana, ia berjaga dengan pemukul bisbol untuk membunuh tikus yang masuk melalui celah pintu.

Karena kurang tidur dan tak pernah berhenti dilanda setres, Mike merasa hancur oleh tanggung jawab dalam hidupnya. Saat itu jam dua pagi. Adik-adiknya meringkuk dibawah sehelai selimut di lantai. Michelle bayi terkecil sedang menangis, tapi Mike tak punya makanan untuknya. Anak yang menanggung beban diam diam selama sekian tahun itu tiba tiba putus asa.

Source: www.whatdoesitmean.com/ssz1.jpg
Dengan terhuyung-huyung melangkah ke jemdela dengan putus asa, Mike berdiri dipinggir, mempersiapkan diri untuk melompat. Dalam hati ia meminta keluarganya untuk memaafkannya, ia memejamkan mata dan menghela nafas panjang yang terakhir. Saat itu, seorang wanita yang ada diseberang jalan melihatnya dan mulai menjerit. Mike mundur dari punggiran itu dan terjatuh disudut, terisak. Sepanjang sisa malam itu, ia membuai bayi yang lapar itu dan berdoa meminta tolong.

Pertolongan datang beberapa hari kemudian di Thanksgiving 1993, tak lama sebelum ulang tahun Mike yang keenam belas. Kelompok pertolongan yang ada di gereja mendirikan dapur kaki lima untuk memberi makan orang lapar dan Mike membawa adik-adiknya kesana untuk mendapat kan roti lapis gratis. Begitu terkesannya para relawan dengannya dan anak-anak yang sopan sehingga mereka mulai bertanya. Bendungan didalam diri Mike akhirnya jebol dan kisahnya menyembur keluar.

Dalam beberapa hari, kelompok gereja bekerja untuk menemukan keluarga asuh permanen, tapi tak ada rumah asuh yang dapat mengambil ketujuh-tujuhnya. Muncul nasihat bahwa keluarga itu harus dipisahkan "untuk kebaikan mereka sendiri". Mike menolak dengan gigih, mengancam akan menghilang kembali kedalam rimba bersama anak-anak. Satu-satunya orang yang dapat dipercayainya yang akan menjaga keutuhan keluarganya adalah neneknya. Dengan enggan akhirnya ia menceritakan kehidupan mereka selama delapan tahun terakhir itu.

Karena kaget dan ngeri, Mabel Bradley segera setuju mengambil anak-anak itu, tapi sistem kesejahteraan Los Angeles Country tidak setuju. Mabel berusia enam puluh enam, sudah pensiun, semntara kakek mereka menderita diabetes. Mana mungkin suami-istri Bradley ini mampu mengurus tujuh anak? Tapi Mike lebih tahu. Ia menyembunyikan anak-anak dan menolak menegosiasikan alternatif apapun kecuali tinggal bersama kakek-neneknya. Akhirnya, para pekerja sosial dan pengadilan setuju, dan Mabel dan Otis Bradley bergembira karena mendapat izin permanen yang legal untuk mengurus anak-anak itu. Entah bagaimana, tapi setiap anak bertahan hidup dengan baik. Memang seperti mukjizat dan juga kekuatan dan cinta Mike yang tak terperikan menjaga keutuhan mereka.

Sejak itu Mabel kembali bekerja dan bersedia bolak-balik 150 km setiap hari, sementara Otis merawat anak - anak. Mike mengambil pekerjaan sebanyak mungkin untuk membantu mendukung keluarganya, tapi meskipun ia pandai, berkemauan dan jujur, hanya pekerjaan berupah minimum yang tersedia. Lebih dari siapapun, ia menyadari arti pendidikan dan berusaha mendapatkan ijazahnya.

Impiannya adalah suatu hari memulai perusahaan kecil yang dapat sekaligus mempekerjakan dan membina anak jalanan seperti dirinya yang tak memiliki pendidikan dasar dan keterampilan untuk bertahan di dunia kerja normal, tapi yang tak mau terpaksa kembali ke kehidupan jalanan karena tak bisa mendapatkan pekerjaan.

Mike juga membaktikan dirinya merangkul anak-anak kumuh lainnya melalui musiknya. Sebagai penyanyi dan pengarang lagu berbakat, ia menulis musik rap inspirasional dengan pesan penuh harapannya yang unik. Setelah melihat begitu banyak anak mati dalam hidupnya yang masih muda, ia sangat ingin meraih mereka yang masih hidup. "Bertahan hidup memang tidak mudah, tapi itu bisa terjadi, dan kita harus menyampaikan pesan itu. Jika seribu orang mendengarku dan dua anak tidak tertembak, tidak menjual obat dan tidak mati, berarti kita berhasil.:"

Tapi sekarang hanya sedikit waktu yang dimilikinya untuk menyanyi, karena Mike dan keluarganya masih berjuang. Tapi Raf, Amber dan Chloe kini mengikuti jejak Mike untuk ikut menyumbangkan tenaga dirumah. Mereka adalah tiga bayi jalanan tertua yang dibesarkan Mike dan diajarkan hidup dengan keberanian dan harapan.

Mereka ingat dengan baik semua perkataan Mike, yang dibisikkan kepada mereka berulang-ulang disaat saat sulit, selama mereka berpindah pindah, saat setiap kali mereka harus meninggalkan segalanya: "Apa pun yang kau miliki, bersyukurlah! Bahkan kau tak memiliki apa-apa, bersyukurlah karena kau masih hidup! Percayalah pada dirimu sendiri. Tak ada yang mencegahmu. Milikilah tujuan. Bertahanlah!"

Mike Powell akan memiliki perusahaan untuk anak jalanan kelak. Dan kelak pun akan ada waktu untuk mewujudkan semua impiannya. Lagi pula, Mike kan baru sembilan belas tahun.

TAMAT....

Paula McDonald


Ditulis ulang dan dipostkan oleh Muchammad Choiruddin
Dikutip dari Buku Best Seller Chicken Soup for the Teenage Soul II. Dengan judul dan isi cerita sama.

No comments:

Post a Comment