Tuesday, July 2, 2013

Kerabat 3 Hari

Kesal sebenarnnya melihat yang lain pada yakin dengan hasil mereka. Iri bercampur marah dengan kepandaian mereka. Kenapa tuhan tak serta merta menciptakanku seirip dengan mereka? Paling tidak tepat dibawah mereka.

Jalan yang kulalui semakin sempit saja rasanya. Semakin sempit lagi dengan lalu lalang mobil-mobil mewah yang membuat macet jalanan. Ingin rasanya kupecahkan kaca mreka. Dan menyuruh mereka turut berjalan kaki. Apakah jarak kampus dan jalan raya sebegitu jauhnya hingga mereka enggan untuk berjalan?
"Berisik... Aku ingin segera keluar dari sini."

Aku menoleh kekiri dan kekanan, mencari celah untuk menyeberang. Dan sesegera mungkin kutenangkan pikiran.

Kusandarkan punggungku kesebuah tempat singgah. Diikuti temanku, Angga namanya. Tapi aku acuh tak acuh terhadapnya. Entah apa yang kupikirkan, rasanya semuanya serba salah dihadapanku.

Orang disampingku mulai membahas tentang tes hari ini. Dengan bangganya mereka puas. Tak henti-hentinya kudengnar celoteh semacam itu. Tak hanya satu orang, hampir setiap orang. Termasuk juga temanku.
"Tak bisakah kalian diam? Apa kalian tak tahu rasanya jadi aku?"

Memuakkan sekali hari ini, disaat semua berbahagia. Aku malah marah-marah. Aku iri dengan mereka.

Selang beberapa menit, Tiyo datang menjemput kami. Rencananya dia akan membawaku ke kos-kosan dan meninggalkan Angga untuk sementara waktu. Kemudian kamilah yang akan beres-beres di kos-kosan. Setelah beres Aku, Tiyo dan temanku satu lagi Tara namanya, kembali ketempat singgah tadi. Sehingga klop 4 orang.

Yaah.. 4 orang penghuni kos-kosan 3x4 meter selama 3 hari. 4 orang yang sama-sama berkeinginan lolos seleksi hari ini. Tapi sepertinya hanya aku yang tertinggal. Aku tak semujur mereka. Disaat aku bisa, mereka sangat bisa. Disaat aku tidak bisa, mereka lebih bisa. Kenapa dunia tak berpihak kepadaku? Apakah aku sebodoh itu?

Aku, Tara dan Tiyo berencana pulang hari ini. Dan Angga esok hari. Kami berpisah dengan saling bersalaman untuk saling mengucapkan "Sukses yoo..." Kata- kata memang mudah diucap, tapi aku tak seperti kalian.

Kami mulai menapaki jalan langkah demi langkah, sekitar 1 kilo mungkin jalan yang harus kami tempuh. Soalnya ditempat kami tak ada angkot yang bisa mengantar kami pulang.

Sepanjang perjalanan Tara dan Tiyo saling berbincang dan terkadang pula tertawa. Entah apa yang mereka perbincangkan, tapi rasanya mereka tak menarik masalah tes hari ini. Kalaupun ada, mungkin itu hanyalah momen yang memalukan. Hingga tawa yang tak tertahankan itu muncul. Akupun ikut larut dalam candaan itu dan sepertinya tawaku lebih pulas dari mereka.

Kami seperti 3 orang bodoh yang mengumbar tawa ditengah jalan. Padahal banyak pasang mata yang memandang, tapi kami tak peduli.

Bahkan didalam angkot pun kami masih saja berbincang dan tertawa. Sepertinya kami mulai kehilangan beban kami dan melupakan semua yang telah terjadi. Terutama aku. Aku yang berpikir berat untuk lupa, kini sudah terlanjur lupa. Karena mereka.

Ternyata aku tidak sebaik yang aku pikirkan. Kenapa aku memusuhi orang yang tak seharunya kumusuhi? Hanya karena iri. Memang aku bukan teman yang pantas, bukan pula sahabat yang lantas. Tapi Setidaknya aku memiliki 3 kerabat di 3 hari ini.

No comments:

Post a Comment